- Home>
- Mallangke, Petta Landung Oleh Abd. Muis
Posted by : Unknown
Saturday 29 June 2013
MALANGKE, PETTA LANDUNG
Part 1:
sore yang Indah di Desa ini, ada banyak cerita di Balik kesunyiannya. Seolah semua Pohon dan dedaunan ini terlihat berbicara, begitu Hidupnya mereka ini. Suara burung di Pepohonan tak mau kalah oleh suara Kendaraan di Kejauhan sana, sangat Hidup desa ini. Tak lama Kemudian para petani terlihat mulai berdatangan dan membawa senyum keindahan, oh sungguh bahagianya mereka. Mereka tak hanya Pulang membawah Lelah, tapi mereka jga pulng dgn keceriaan karena hasil yang mereka bahwa dan semangat mereka terlihat langsung pulih ketika melihat anak-anak dan keluarga mereka menyambutnya di Rumah, sungguh bahagianya keluarga itu. Banyak Hal yang dapat kupelajari dari mereka, bahwa hidup tidak harus dengan Mobil, Rumah bak Istana, dan barang-barang mewah Lainnya, Hidup bahagia adalah bagaimana kita dapat menerima segala sesuatu dan sederhana seperti Tanah yang tak pernah menolak Rumput tumbuh diatasnya. Kesederhanaan itu tergambar jelas di wajah mereka, sungguh begitu besar kekaguman ini pada mereka.
Setelah mereka Pulang, kini malam sebentar lagi datang, para Burung dan lainnya di gantikan Oleh suara Jangkrik yang di gabungkan dengan suara Jam dinding di Telingaku, sungguh Komposisi Suara yang merdu. kudengar dari Luar jendela ini, seorang ibu sedang berdongeng Untuk anaknya, ku tahu bahwa Ibu itu sedang berusaha menidurkan putranya.sungguh suara itu sangat Mengingatkan aku pada Ibu. Malam Mulai semakin Gelap, mungkin kisahku akan Kulanjutkan lagi Esok, akan Lebih baik jika proses menuju tidurku kugunakan untuk mengingat Ibu.
Mallangke....
Part 2:
Masih Cerita Mallangke, Petta Landung:
sore ini seperti Biasa seperti sore Kemarin dan sebelumnya, anak-anak ini terlihat ceria dengan Bola Plastiknya di Halaman Rumah, mereka bermain dengan sangat Bersemangat, tidak biasa diantara mereka terjadi Pertengkaran. Ketika yang lain mencetak Gol maka yang lain pun terlihat sangat Heboh dengan Gol itu, tapi tidak seperti dengan team lawannya, mereka terlihat Kesal seolah tidak menerima apa yg baru saja terjadi. Tapi karena kegembiraan mereka, ketegangan karena suatu kejadian yang tidak selalu menguntungkan kedua pihak terlihat seperti biasa lagi, mungkin karena mereka sangat sederhana memaknai Permainan, yang kulihat adalah bahwa bermain bersama teman-teman tidak untuk menjatuhkan, tapi bagaimana mereka bisa tertawa bersama. Sungguh sangat menakjubkan tingkah Laku bocah-bocah ini.
Para Ibu yang menunggu sang Ayah Pulang membawa hasil dari bertani, duduk dihalaman Rumahnya sambil menyaksikan anak Mereka bermain, tidak biasa senyuman dan Tawa melihat anak mereka terlihat begitu saja. Yang Kutahu bahwa mereka sangat sayang kepada anak-anak mereka. Sementara disisi lain ada juga yang melakukan Pekerjaan Rumah, menyapu, Memasak dll. Yang ku tahu bahwa mereka sedang menyiapkan sambutan untuk sang Suami tercinta sepulang iya Bekerja. Sungguh Cinta telah membawa mereka pada Kebahagiaan yang tiada tandingannya.
Disisi Lain, saya masih berdiam menyaksikan sekitar, Pohon Jagung tepat disamping Rumah yang beberapa hari lalu kulihat masih Pendek kini iya menjadi tinggi walau sebelumnya ku tak pernah melihat iya bergerak. Sungguh hidup yang Luar biasa, tak ada Tumbuhan yang menolak Tumbuh di Desa ini, semuanya akan Tumbuh, entah kenapa kumulai berfikir bahwa sekalipun mereka tumbuhan yang tidak Mungkin bicara tapi iya Pasti Tumbuhan yang beruntung Tumbuh disana.
Anak-anak ini masih bermain, dan sepertinya mereka memintaku ikut Bermain. Ya sudah apa Boleh buat.\
Part 3:
Aku
masih disini,berpikir dengan berusaha mencermati kembali apa yang telah
terjadi disekitarku. Setiap hari Kulihat sang Petani Bekerja keras
mencari Nafkah, Si Nelayan hanya berharap kepada Laut, dan si Buruh
hanya berharap pada Upahnya yang tidak pernah cukup untuk hidup Normal ,
dan setiap hari juga kulihat Berita-berita di Media tentang
pejabat-pejabat Negeriku yang Korup. Yah... Inilah yang terjadi di
Negeriku, Negeri yang disetiap sudut Wilayahnya bercucuran Air Mata si
Miskin meratapi Nasib dan Si Kaya Asyk tertawa terbahak-bahak karena
bebas berbuat apa saja dengan Hartanya. Kemelaratan sudah menjadi Hal
yang semakin Subur dan menjadi-jadi, yang memimpin akan menjadi penguasa
dimana iya akan menjadi Monster pemangsa Terhadap yang Lemah, merekalah
Para penindas, para Elite/birokrat yang bermuka dua, Muka yang satu
adalah Kepalsuan, dan yang Kedua adalah Muka Kemunafikan. Yaitu mereka
yang Pidato-pidatonya atas Nama Bangsanya dan Rakyatnya, namun pada
kenyataannya adalah kepalsuan Belaka, Semua yang dikatakannya adalah
Pidato Kosong dengan Beribuan Janji tanpa Praktik. Ada juga diantaranya
yang selalu terlihat baik namun mereka ini adalah Golongan orang yang
baik hanya dari sisi Luarnya saja, tapi kenyataannya merekalah para
Pemangsa Rakyat, Para Korup yang selalu membicarakan Sistem tapi mereka
sendiri yang tidak secara sistem pada praktiknya. Yang mereka lakukan
adalah Politik pencitraan, yaitu suatu perilaku Seolah baik demi
mendapatkan Pengakuan Sosial demi suatu Moment. Sungguh kondisi yang
tidak baik untuk menamai Mereka sebagai Pemerintah yang Berdaulat.
Akhir-akhir ini Si Penguasa baru saja menaikkan BBM yang dampaknya sudah
sangat Kita rasakan, diantaranya adalah Naiknya harga Bahan Pokok,
Biaya pendidikan semakin Mahal. Hampir tidak ada Bedanya dengan Kondisi
pada saat Negeri ini di Jajah Belanja, dimana Para anak Asli Indonesia
(Inlander) tidak bisa merasakan Pendidikan dan hanya anak-anak Belanda
saja yang bisa. Bedanya dgn Hari ini, yang menjajah adalah Penguasa dan
para Konlomerat yang memiliki Banyak Rupiah sedangkan si Miskin
selamanya di Tindas. Sehingga dalam Praktiknya, si Kaya akan Mendapatkan
Pendidikan sesuai keinginannya sedang Si Miskin (Tani,Nelayan dan Para
Buruh) hanya bisa membantu Orang Tua bekerja dan tidak untuk di Didik di
Sekolah Formal karena alasan Ekonomi. Lalu dimana para birokrat yang
harusnya mengurusi ini, kementrian Pendidikan kita hanya sibuk Membahas
mengenai Persentase kelulusan hasil Ujian Nasional SD,SMP,SMA yang
dilakukan setiap tahun yang kita tahu bersama, bahwa sama sekali tidak
mencerdaskan anak Bangsa melainkan menjatuhkan semangat pelajar karena
proses yang bertahun-tahun hanya digugurkan Oleh selembar Kertas dalam
waktu 60-120 Menit. Belum lama juga kita pasti masih ingat Mengenai
Proyek Pengadaan Kertas dan Pensil untuk Paket ujian yang sempat
berkasus. Hahaha... Itulah akibat dari pendidikan yang Komersial,
disetiap sisinya yang di Cari hanya keuntungan Rupiah belaka. Haruskah
Selalu si Miskin yang dikorbankan? Ataukah memang tujuan suatu Negeri
dalam hal ini adalah Pemerintah hanya untuk menindas saja? Bukankah
solusinya hanya cukup kejujuran dan transparansi saja?
Part 2:
Masih Cerita Mallangke, Petta Landung:
sore ini seperti Biasa seperti sore Kemarin dan sebelumnya, anak-anak ini terlihat ceria dengan Bola Plastiknya di Halaman Rumah, mereka bermain dengan sangat Bersemangat, tidak biasa diantara mereka terjadi Pertengkaran. Ketika yang lain mencetak Gol maka yang lain pun terlihat sangat Heboh dengan Gol itu, tapi tidak seperti dengan team lawannya, mereka terlihat Kesal seolah tidak menerima apa yg baru saja terjadi. Tapi karena kegembiraan mereka, ketegangan karena suatu kejadian yang tidak selalu menguntungkan kedua pihak terlihat seperti biasa lagi, mungkin karena mereka sangat sederhana memaknai Permainan, yang kulihat adalah bahwa bermain bersama teman-teman tidak untuk menjatuhkan, tapi bagaimana mereka bisa tertawa bersama. Sungguh sangat menakjubkan tingkah Laku bocah-bocah ini.
Para Ibu yang menunggu sang Ayah Pulang membawa hasil dari bertani, duduk dihalaman Rumahnya sambil menyaksikan anak Mereka bermain, tidak biasa senyuman dan Tawa melihat anak mereka terlihat begitu saja. Yang Kutahu bahwa mereka sangat sayang kepada anak-anak mereka. Sementara disisi lain ada juga yang melakukan Pekerjaan Rumah, menyapu, Memasak dll. Yang ku tahu bahwa mereka sedang menyiapkan sambutan untuk sang Suami tercinta sepulang iya Bekerja. Sungguh Cinta telah membawa mereka pada Kebahagiaan yang tiada tandingannya.
Disisi Lain, saya masih berdiam menyaksikan sekitar, Pohon Jagung tepat disamping Rumah yang beberapa hari lalu kulihat masih Pendek kini iya menjadi tinggi walau sebelumnya ku tak pernah melihat iya bergerak. Sungguh hidup yang Luar biasa, tak ada Tumbuhan yang menolak Tumbuh di Desa ini, semuanya akan Tumbuh, entah kenapa kumulai berfikir bahwa sekalipun mereka tumbuhan yang tidak Mungkin bicara tapi iya Pasti Tumbuhan yang beruntung Tumbuh disana.
Anak-anak ini masih bermain, dan sepertinya mereka memintaku ikut Bermain. Ya sudah apa Boleh buat.\
Part 3:
Aku
masih disini,berpikir dengan berusaha mencermati kembali apa yang telah
terjadi disekitarku. Setiap hari Kulihat sang Petani Bekerja keras
mencari Nafkah, Si Nelayan hanya berharap kepada Laut, dan si Buruh
hanya berharap pada Upahnya yang tidak pernah cukup untuk hidup Normal ,
dan setiap hari juga kulihat Berita-berita di Media tentang
pejabat-pejabat Negeriku yang Korup. Yah... Inilah yang terjadi di
Negeriku, Negeri yang disetiap sudut Wilayahnya bercucuran Air Mata si
Miskin meratapi Nasib dan Si Kaya Asyk tertawa terbahak-bahak karena
bebas berbuat apa saja dengan Hartanya. Kemelaratan sudah menjadi Hal
yang semakin Subur dan menjadi-jadi, yang memimpin akan menjadi penguasa
dimana iya akan menjadi Monster pemangsa Terhadap yang Lemah, merekalah
Para penindas, para Elite/birokrat yang bermuka dua, Muka yang satu
adalah Kepalsuan, dan yang Kedua adalah Muka Kemunafikan. Yaitu mereka
yang Pidato-pidatonya atas Nama Bangsanya dan Rakyatnya, namun pada
kenyataannya adalah kepalsuan Belaka, Semua yang dikatakannya adalah
Pidato Kosong dengan Beribuan Janji tanpa Praktik. Ada juga diantaranya
yang selalu terlihat baik namun mereka ini adalah Golongan orang yang
baik hanya dari sisi Luarnya saja, tapi kenyataannya merekalah para
Pemangsa Rakyat, Para Korup yang selalu membicarakan Sistem tapi mereka
sendiri yang tidak secara sistem pada praktiknya. Yang mereka lakukan
adalah Politik pencitraan, yaitu suatu perilaku Seolah baik demi
mendapatkan Pengakuan Sosial demi suatu Moment. Sungguh kondisi yang
tidak baik untuk menamai Mereka sebagai Pemerintah yang Berdaulat.
Akhir-akhir ini Si Penguasa baru saja menaikkan BBM yang dampaknya sudah
sangat Kita rasakan, diantaranya adalah Naiknya harga Bahan Pokok,
Biaya pendidikan semakin Mahal. Hampir tidak ada Bedanya dengan Kondisi
pada saat Negeri ini di Jajah Belanja, dimana Para anak Asli Indonesia
(Inlander) tidak bisa merasakan Pendidikan dan hanya anak-anak Belanda
saja yang bisa. Bedanya dgn Hari ini, yang menjajah adalah Penguasa dan
para Konlomerat yang memiliki Banyak Rupiah sedangkan si Miskin
selamanya di Tindas. Sehingga dalam Praktiknya, si Kaya akan Mendapatkan
Pendidikan sesuai keinginannya sedang Si Miskin (Tani,Nelayan dan Para
Buruh) hanya bisa membantu Orang Tua bekerja dan tidak untuk di Didik di
Sekolah Formal karena alasan Ekonomi. Lalu dimana para birokrat yang
harusnya mengurusi ini, kementrian Pendidikan kita hanya sibuk Membahas
mengenai Persentase kelulusan hasil Ujian Nasional SD,SMP,SMA yang
dilakukan setiap tahun yang kita tahu bersama, bahwa sama sekali tidak
mencerdaskan anak Bangsa melainkan menjatuhkan semangat pelajar karena
proses yang bertahun-tahun hanya digugurkan Oleh selembar Kertas dalam
waktu 60-120 Menit. Belum lama juga kita pasti masih ingat Mengenai
Proyek Pengadaan Kertas dan Pensil untuk Paket ujian yang sempat
berkasus. Hahaha... Itulah akibat dari pendidikan yang Komersial,
disetiap sisinya yang di Cari hanya keuntungan Rupiah belaka. Haruskah
Selalu si Miskin yang dikorbankan? Ataukah memang tujuan suatu Negeri
dalam hal ini adalah Pemerintah hanya untuk menindas saja? Bukankah
solusinya hanya cukup kejujuran dan transparansi saja?
Saya sadar
hanya masih bisa mengkritisi, tapi apalah daya, inilah yang kurasakan,
inilah jeritanku, hanya ini yang bisa kulakukan, terus berteriak walau
ku tahu hanya beberapa orang yang saja akan mendengar dan Membacanya,
walau setelah itu ini takkan berarti apa-apa lagi. Semoga kita semua
sadar, bahwa negeri kita masih sangat jauh dari ukuran sejahtera.
Selamat Tengah Malam
Sumber: abdul muis amiruddin